Kekecewaan Seorang Pembeli Buku

Sekarang aku mau berbagi pengalaman pahit denganmu, wahai pembaca. Mau, ‘kan, menerima yang pahit dariku? Aku asumsikan mau, ya! Aku yakin, sudah sewajarnya bila obat itu terasa pahit. Ayolah kita berpahit-ria.

Aku baru saja berdiskusi dengan seorang pembeli bukuku yang merasa kecewa. (Judulnya, Keajaiban Shalat Tahajud, yang aku tulis berdua dengan Rusdin S. Rauf.) Bukannya meredam kekecewaannya, jawabanku malah membuatnya makin kecewa. Boleh dibilang, aku gagal dalam diskusi ini.

Mudah-mudahan kita bisa mengambil pelajaran dari pengalaman pahitku ini. Karena itu, di sini aku hendak menyalin eMail-eMail kami. Kebetulan, sang pembeli itu sudah memberiku izin untuk menyampaikan eMailnya kepada siapa pun yang kupandang perlu. Aku akan menyalinnya secara apa adanya, kecuali beberapa kalimat yang bersifat intern, sehingga tidak semestinya aku sampaikan kepada publik. Selain itu, demi kehormatan, aku menyembunyikan identitas yang bersangkutan.

Mulanya adalah eMail berikut ini.

Dari: xxxxxx yyyyy
Topik: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: muhshodiq@zzzzz.com, rusdin_pecintabuku@zzzzz.co.id
Cc: qultummedia@zzzzz.com, pemasaran@zzzzzzzzz.net
Tanggal: Selasa, 30 Desember, 2008, 9:14 PM

Ass ww

Sdr. M. Shodiq Mustika, Yth
Sdr. Rusdin S. Rauf, Yth

Saya telah membeli buku “Keajaiban Shalat Tahajud” cetakan ketiga 2008. Ketika saya membaca halaman 256 dan 257 saya menemukan bahwa ada dari doa tahajud dalam bahas/tulisan Arab tidak dibuat terjemahannya dalam bahasa Indonesia, sebaliknya ada yang tidak ada dalam bahasa/tulisan Arab akan tetapi ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Sungguh suatu hal yang sangat mengecewakan, buku yang sudah sampai ke cetakan ketiga kesalahan yang seperti ini masih dibiarkan saja. Seyogyanya penyunting/editor yang dipakai harus bisa melihat hal ini karena bukankah ini buku islami, jadi editor jangan hanya memeriksa bahasa Indonesianya saja.

Seharunyalah kepada semua pembeli, mulai cetakan pertama sampai dengan cetakan ketiga, diberikan koreksi yang semestinya.
Saya belum baca bahagian depan dari buku ini, karena saya ingin melaksanakan shalat tahajud sehingga langsung ke bab Panduan Praktis Bertahajud. Entah apa lagi yang akan saya temukan dari buku yang secara fisik sangat mewah ini.

Kepada penerbit saya ingin menyampaikan betapa pengendalian mutu yang dilakukan sangat mengecewakan.
Buku yang saya beli, sesudah halaman 24 langsung ke halaman 57. Sesudah samapi ke halaman 88 mundur lagu ke halaman 57. Apa yang bisa saya lakukan ? Beli lagi.? No way.
Isinya saja tidak dikoreksi secara baik masa mau beli dua kali.

Saya telah menemukan beberapa buku islami yang dicetak mewah akan tetapi isinya biasa2 saja bahkan ada yang mengecewakan.
Seharusnya pada setiap penerbit ada tim redaksi yang terdiri dari pakar yang menyeleksi isi buku yang akan diterbitkan, apakah patut atau tidak. Kasihan pembeli yang tergiur oleh tampilan fisik cetakan saja, lalu kecewa dengan isi. Lalu kemudian akan jera.
Saya doakan semoga buku2 islami yang akan diterbitkan mendatang lebih bermutu. Amiin

wass ww
Xxxxxx.

Lalu Rusdin S Rauf menyampaikan balasan:

Dari: Rusdin didin
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com, “Mas Shodiq” , “Redaksi Qultum Media”
Tanggal: Rabu, 31 Desember, 2008, 12:20 AM

Walaikum Salam Wr.Wb.
Terima kasih banyak saudara Xxxxxx Yyyyy. Terus terang saya belum melihat hasil cetakan ke-3. Untuk cetakan ke-1 dan ke-2 setahu saya tidak terjadi kesalahan. Tapi, kalau memang ada kesalahan, saya berterima kasih kepada saudara Xxxxxx Yyyyy yang telah peduli pada kami.
Saya pun hanya manusia biasa, yang terus belajar. Selama menuliskan buku Keajaiban Tahajud, kami berusaha maksimal mengacu pada Sunnah Nabi Saw. Kalau pun ada halaman yang bolak balik, jangan-jangan, itu hanya terjadi pada sebagian buku saja.
Karena, sepengetahuan saya, dalam ribuan cetakan, berpeluang satu atau dua buku mengalami kesalahan halaman. Biasanya pihak penerbit telah menseleksi kesalahan halaman tersebut. Namun, bisa juga, seketat apa pun produksi buku, tentunya, satu dua buku mengalami kesalahan halaman. Ini hal yang wajar saja.
Insya Allah, sebentar malam, saya mampir ke Gramedia, dan melihat hasil cetakan ke-3. Mengenai isi buku, saya berterima kasih. Insya Allah, buku-buku selanjutnya, saya akan mengusahakan lebih baik lagi. Semangat saya yaitu terus belajar dan belajar terus.
Dan melalui tulisan, niat saya hanya satu, memberikan pembaca pencerahan. Memberikan pembaca inspirasi dari ibadah yang dianjurkan Rasulullah Saw. Kesalahan semuanya berasal dari kami. Kebenaran datangnya dari Allah Swt.
Saya berharap, saudara Xxxxxx Yyyyy, masih tetap mau membaca buku-buku kami. Insya Allah, dalam waktu dekat, beberapa buku terbaru saya segera terbit. Saya akan memberikan saudara Xxxxxx Yyyyy sebagai wujud terima kasih saya.

Saudaramu,
Rusdin S. Rauf

Wassalamu Alaikum Wr.Wb

Kemudian sang pembeli buku menulis:

Dari: xxxxxx yyyyy
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: rusdin_pecintabuku@zzzzz.co.id
Cc: muhshodiq@zzzzz.com, qultumedia@zzzzz.com, pemasaran@zzzzzzzzz.net
Tanggal: Kamis, 1 Januari, 2009, 10:23 AM

Ass ww

Sdr Rusdin yth,

Mohon maaf kalau pesan saya kurang jelas ditangkap, isinya hanya dua hal:

1. Kepada pengarang: doa tahjud dalam huruf Arab pada halaman 256 TIDAK sepenuhnya sesuai dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia pada halaman 257.

2. Kepada penerbit/pencetak : quality control tidak sempurna, sehingga copy yang saya beli kehilangan halaman 25 s/d 56, akan tetapi halaman 57 s/d 88 dobel (ganda).

Saya setuju kesalahan penerbit/pencetak kemungkinan besar hanya terjadi pada beberapa copy, dan kebetulan saya yang mendapatkan salah satunya.
Akan tetapi kesalahan pengarang yang saya sebut pada butir 1. diatas saya yakin telah terjadi pada seluruh copy. Sekurangnya pada copy cetakan ketiga, walaupun saya syak bahwa kesalahan ini sudah ada semenjak cetakan kesatu dan kedua.

Terima kasih atas perhatian dan tanggapannya. Saya doakan semoga buku2 tulisan Anda yad bisa lebih baik lagi. Amii..n

Wass ww

Di sini, barulah aku berusaha menengahi diskusi (tetapi gagal). Aku menulis secara singkat:

Dari: M. Shodiq Mustika
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com, rusdin_pecintabuku@zzzzz.co.id, qultumedia@zzzzz.com, pemasaran@zzzzzzzzz.net
Tanggal: Kamis, 1 Januari, 2009, 12:09 AM

Assalaamu’alaykum Kepada Mbak Tri (editor Qultum):
Pernyataan Sdr. Xxxxxx Yyyyy benar. Ada kata-kata dari doa di hlm. 256 yang belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Saya mohon Editor berkenan mengoreksinya. Untuk itu, ….. [sejumlah dua kalimat di sini aku sensor karena bersifat intern.]

Kepada Dik Rusdin:
….. [sejumlah dua kalimat di sini aku sensor karena bersifat intern.]

Kepada Sdr. Xxxxxx Yyyyy:
1) Terima kasih atas masukan dari Saudara. Semoga Allah SWT membalas kebaikan ini dengan yang lebih baik lagi.
2) Silakan tukarkan copy buku milik Saudara yang halamannya tidak lengkap itu dengan copy baru yang halamannya lengkap. Penukarannya bisa lewat toko tempat Anda membeli.

Wassalam,
M Shodiq Mustika

Lalu Rusdin S Rauf menyampaikan tanggapan singkat:

Dari: Rusdin didin
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com, “Mas Shodiq” , “Redaksi Qultum Media”
Tanggal: Kamis, 1 Januari, 2009 17:17

Terima kasih. Siap. Akan segera saya tindak lanjuti. Sekali lagi, terima kasih atas doanya.

Pihak penerbit pun menyampaikan tanggapan singkat:

Dari: “Redaksi QultumMedia”
Kepada: muhshodiq@zzzzz.com
Tanggal: Jumat, 2 Januari, 2009 09:07

Walaikumsalam…

Terima kasih atas informasinya. Maaf baru saya respon karena baru masuk dari cuti. Insya Allah akan kami perbaiki.

Wassalam,

QultumMedia

Sampai di sini, aku mengira bahwa persoalan ini sudah terselesaikan. Tetapi ternyata aku keliru. Ini dia eMail dari sang pembeli buku yang menunjukkan kekeliruanku.

Dari: xxxxxx yyyyy
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: muhshodiq@zzzzz.com, rusdin_pecintabuku@zzzzz.co.id
Tanggal: Jumat, 2 Januari, 2009, 11:55 AM

Ass ww

Sdr Shodiq, yth
Sdr Rusdin, yth

Saya pada awalnya ragu apakah bijak untuk menulis e.mail ini. Akan tetapi sesudah saya pikirkan dalam2 saya putuskan untuk menulis dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

1. E.mail saya yg pertama saya tujukan kepada saudaraku berdua, sedangkan penerbit hanya saya berikan tembusan saja. Maksudnya, saya tidak mementingkan betul soal fisik buku ini, hanya melaporkan saja kepada para penulis agar menegur penerbit supaya lebih hati2 lagi.

2. Saya kaget menerima balasan dari sdr Rusdin dengan font besar dan bold. Secara tatakrama ber e.mail saya bisa berkesimpulan lain. Akan tetapi kesimpulan negatif ini segera sudah saya kesampingkan. Dengan e.mail ini saya bebaskan sdrku Rusdin dari janji memberikan bukunya yang akan terbit, biarlah saya beli dari toko buku. Saya jadi malu seakan e.mail saya mau menekan sdr. Sungguh niat saya jauh dari itu, hanya demi kebaikan saja.

3. Saya kaget sekali lagi ketika menerima balasan dari saudaraku Shodiq. Tidak ada sedikitpun keinginan saya mencari siapa yang salah. Sekiranya benar bagian yang saya maksud adalah yang ditulis oleh saudaraku Rusdin, seyogyanya tidak perlulah saya tahu, bukankah penulisnya adalah saudaraku berdua.. E,mail saudaraku Shodiq sangat intern sifatnya dan saya tidak perlu dan tidak patut tahu.
Sdr Shodiq pun terlalu tergesa-gesa mengambil kesimpulan, karena menurut saya masalahnya bukan “ada yang belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia” bahkan sebaliknya “ada yang dalam bahasa Indonesia tidak ada dalam teks doa bhs Arabnya”

4. Dari butir 2 dan 3 diatas saya merasa saudaraku berdua kurang puas dengan e.mail saya. Maka dengan ini saya mohon maaf jika e.mail saya pertama itu kurang berkenan.

Astaghfirullaahal ‘azhiima wa atuubu ilaihi

Wass ww
Xxxxxx

Lalu segeralah Rusdin S Rauf menyampaikan penjelasan yang cukup singkat:

Dari: Rusdin didin
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com, “Mas Shodiq”
Jumat, 2 Januari, 2009 19:45

email balasan saya yang tercetak bold saya tidak tahu kok bisa begitu. waktu itu saya mengetik di MS word 2007, kemudian saya langsung copy-paste ke kolom email. lalu saya send. tidak ada maksud saya marah-marah. sungguh tidak ada maksud saya seperti itu. malah saya sangat berterima kasih. Dan saya juga kaget, kok bisa hurufnya bold dan besar. sungguh saya tidak ada maksud marah-marah. Tidak.

kalau begitu, mari kita saling memaafkan.

Rusdin S. Rauf sudah menyampaikan penjelasan. Yang panjang-lebar sudah, yang singkat pun sudah. Aku sendiri baru menyampaikan tanggapan singkat, yang ternyata belum mencukupi. Kali ini aku sampaikan tanggapan yang panjang-lebar:

Dari: M. Shodiq Mustika
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com
Tanggal: Jumat, 2 Januari, 2009, 2:03 AM

Assalamu ‘alaykum Sdr. Xxxxxx

1) Mengenai kritikan terbaru Anda terhadap saya.

Ya, yang Saudara katakan itu benar. Bahwa saya telah mengungkapkan kepada Saudara sesuatu yang mestinya hanya urusan intern kami, itu memang kesalahan saya. Terima kasih atas koreksinya. Insya’Allah saya takkan mengulangi lagi kesalahan saya ini.

Karena itulah Email saya kali ini saya tujukan kepada Saudara seorang. Sebenarnya saya menganggap bahwa Dik Rusdin perlu pula mengetahui isi eMail saya ini. Namun saya akan minta izin dulu kepada Saudara. Kalau Saudara mengizinkan, akan saya forward eMail ini kepadanya.

2) Saya kurang mengerti mengapa Saudara berkesimpulan bahwa kami berdua kurang puas dengan eMail Saudara.

Saya sudah lama mengenal Dik Rusdin. Dia sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya tahu bahwa dia bukan orang yang tak suka dikritik. Saya sangat yakin bahwa dia senang menerima kritik dari Saudara atau pun dari saya.

Saya pun sangat yakin bahwa Dik Rusdin sudah sangat mengenal diri saya. Dia tentu tahu apakah saya merupakan orang yang suka menuding-nuding atau pun mencari-cari siapa yang salah, termasuk dalam kasus ini.

Mungkin bagi kebanyakan orang, melakukan kesalahan itu memalukan. Namun bagi kami, kesalahan tidaklah memalukan. Yang memalukan adalah orang yang tidak mau belajar dari kesalahan. Bukankah tiada manusia yang luput dari kesalahan; dan hanya Tuhan saja yang bebas dari kesalahan?

Saya sendiri sudah sangat sering menerima kritik. Bahkan ada kalanya saya menerima kritik yang sangat pedas, bahkan ada pula yang sampai mengancam hendak membunuh saya. Dibanding kritikan-kritikan mereka yang amat pedas itu, kritikan Saudara “sangat ringan”. Kritikan-kritikan pedas itu tidak menyakiti saya, apalagi kritikan yang “sangat ringan”. (Kalau tidak percaya, silakan tanya istri saya, boleh secara diam-diam. Beberapa kali dia berkata kepada saya, “Kok kamu bisa, ya, tenang-tenang saja mendapat berbagai kecaman sengit.”)

Terus terang, dalam urusan kita ini, kekurangpuasan saya terhadap Saudara hanya satu, yaitu penolakan Saudara terhadap janji pemberian buku terbaru dari Dik Rusdin. (Kalau pun saya mengemukakan kritikan lain kepada Saudara, itu semata-mata dalam rangka memenuhi perintah Allah kepada kita untuk saling menasihati.)

3) Saya kurang mengerti mengapa Saudara menolak janji pemberian buku terbaru dari Dik Rusdin.

Saya yakin, janji pemberian buku terbarunya kepada Saudara bukan didorong oleh motivasi untuk “menyogok” Saudara supaya tidak memperpanjang masalah ini. Saya mengenal Dik Rusdin sebagai orang yang jujur dan dermawan. Saudara bukanlah orang pertama yang mendapat hadiah buku darinya. Kalau boleh tahu, atas dasar apakah Saudara menolaknya?

4) Saya juga kurang mengerti mengapa sekarang Saudara berkata bahwa eMail Saudara itu hanya ditujukan kepada penulis saja, sedangkan penerbit hanya mendapat tembusannya.

Di eMail itu, Saudara mengemukakan dua persoalan. Pertama, mengenai kurang akuratnya terjemahan doa di hlm. 256-257. Tanggung jawab utama atas persoalan ini memang ada pada penulis. Kedua, mengenai kurang lengkapnya halaman pada copy buku yang Saudara beli. Tanggung jawab utama atas perkara kedua ini berada pada pihak penerbit. Untuk mengatasi masalah kedua ini, akan lebih efisien bila Saudara berhubungan langsung dengan penerbit (atau toko buku tempat Saudara membelinya).

Bahkan, dalam isi eMail Saudara itu pun, baik eMail pertama maupun yang kedua, Saudara selalu mengungkapkan secara eksplisit, “Kepada Penerbit …” dalam posisi yang sejajar dengan ungkapan “Kepada penulis …” Atas dasar-dasar itulah saya beranggapan bahwa eMail Saudara itu ditujukan pula kepada penerbit.

Karena itulah dalam eMail balasan saya terdahulu, semua pihak yang terlibat ini saya perlakukan sejajar, semuanya saya masukkan dalam ranah “Kepada: ….”

Wassalam, M Shodiq Mustika

Ternyata tanggapanku yang panjang-lebar pun tidak memecahkan persoalan, malah menambah masalah baru. Terhadap tanggapanku itu, sang pembeli buku menulis:

Dari: xxxxxx yyyyy
Topik: Bls: KEAJAIBAN SHALAT TAHAJUD
Kepada: muhshodiq@zzzzz.com
Tanggal: Jumat, 2 Januari, 2009 23:06

Sdrku M. Shodiq yth

Ass ww

1 & 2. Ungkapan “kritikan terbaru” membuat saya sangat terganggu. Seperinya komunikasi kita ini Anda anggap hanya saya gunakan untuk menyampaikan kritik. Kalau Anda tidak suka bukankah bisa Anda putus saja komiunikasi ini?.

Saya sampai kepada kesimpulan dugaan bahwa Sdr berdua kurang puas dengan masukkan dari saya dari hal yang sederhana saja.

Pertama Sdr Rusdin membalas e.mail saya dengan font besar dan bold. Dalam tatakrama ber e.mail huruf kapital, font besar, bold dan atau warna hanyalah digunakan untuk memberikan tekanan terhadap sebuah pernyataan. Kalau seluruh “message” itu huruf kapital dan/atau font besar dan/atau bold maka bisa disamakan dengan suara keras dan nada tinggi dalam bahasa lisan alias menghardik. E.mail berikutnya dari Sdr Rusdin tidak menggunakan gaya itu lagi. Artnya itu bukan kebiasaannya.

Kedua …. [Paragraf kedua ini aku (Shodiq) sensor. Isinya mengungkapkan kembali kekeliruanku yang memberitahukan urusan intern penulis-penerbit. Terhadap masukan atas kekeliruanku itu, aku sudah menerimanya sepenuhnya sebagaimana tercantum dalam emailku sebelum ini. Karena itu, aku sensor bagian ini supaya tidak bertele-tele.]

3. Saya menolak pemberian Sdr Rusdin karena merasa kurang nyaman saja. Walaupun saya telah menyatakan kesimpulan negatif sudah saya kesampingkan, tetap saja bayangan “hardikan” e.mail Sdr Rusdin tidak bisa hilang. Saya manusia biasa, perasaan yang ada tidak dapat dengan serta merta di”delete” seperti men”delete” data dari disk komputer yang 100% mekanis/elektris dan tidak punya perasaan itu. Kalau Sdr Rusdin sudah punya kebiasaan menghadiahkan bukunya, silakan kebiasaannya yang baik itu diteruskannya kepada orang lain. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang setimpal. Amiiin.

4. Maaf kalau dalam e.mail saya telah memperlakukan tujuan e.mail (Kepada) dan penerima tembusan (Cc) secara sama.
Maksud saya adalah : “Hai para pengarang, buku Anda ada yang perlu dikoreksi …..dst. Perlu juga Anda ketahui bahwa penerbit buku Anda qc nya kurang baik” “Hai penerbit, harap kalian ketahui kalalaian kalian saya beritahukan kepada penulisnya”
Maunya saya begitu, akan tetapi yang saya tulis lain. Mohon maklum, saya bukan penulis profesional, jangankan menulis sebuah buku best seller, sebuah buku biasapun belum.

Sdr. M. Shodiq, sebaiknya tidak kita lanjutkan diskusi bertele-tele yang keluar dari konteks dan tidak bermanfaat ini. Salah-salah bisa menambah dosa saya saja, karena akan semakin menambah kecurigaan saya bahwa Anda kurang puas atas masukan saya. Padahal Sdr sudah mengatakan bukan begitu adanya. Bukankah prasangka saya itu akan menambah dosa saya saja?
Bukankah topiknya sedrhana sekali. Betulkah dalam KST ada doa tahajud yang terjemahan bhs Indonesianya tidak sama dengan teks huruf/bahasa Arab?
Kalau betul, silakan semua pihak yang terkait melakukan koreksi seperlunya.
Kalau tidak betul, tolong saya diberitahu, maka saya akan mohon maaf kepada semua pihak yang dirugikan dan yang direpotkan oleh masukan awam saya yang keliru itu.
Sederhana sekali kan ? Kenapa mengajak diskusi dan berdebat yang keluar dari topik ini ?
Anda ini sebetulnya maunya apa?

Wass ww
Xxxxxx

PS. Sdr Shodiq, Anda itu berlebihan sekali minta izin saya untuk meneruskan e.mail Anda kepada Sdr Rusdin. Balasan saya inipun silakan kalau mau Anda forward kepada Sdr Rusdin atau siapapun yang Anda anggap perlu, tidak perlu izin saya segala.

Akhirnya:

Dari: M. Shodiq Mustika
Topik: Baiklah…
Kepada: xxxxxx@zzzzz.com
Tanggal: Sabtu, 3 Januari, 2009 11:43

Baiklah, kita hentikan saja diskusi kita. Cuma mestinya kita berhenti bukan ketika ada pihak yang bertanya-tanya tanpa jawaban. Karena itu, untuk menghentikan diskusi kita ini, saya jawab pertanyaan terakhir Anda mengenai “apa maunya saya” dari diskusi kita ini.

Jawaban saya: Semua kata-kata saya itu merupakan tanggapan dari saya terhadap persoalan kita yang Anda kemukakan kepada kami. Ibarat sekolah, Anda adalah guru yang mengajukan pertanyaan dan kritikan kepada kami selaku murid. Saya adalah seorang murid yang terbiasa menjawab pertanyaan dari guru-guru saya. Maafkan saya bahwa jawaban saya tidak memuaskan Anda.

Wassalaamu ‘alaykum wa rahmatullaah wa barakaatuh,
M Shodiq Mustika

5 pemikiran pada “Kekecewaan Seorang Pembeli Buku

  1. subhanallah… andai semua orang di Indonesia menjadi pembaca yg kritis seperti itu… mungkin akan banyak terbitan kritikan tentang buku-buku ya.

    buat penulis dan penerbit, ttp semangat.

    salam… 😉

  2. assalamualaikum_
    tak ada gading yang tak retak.
    khilaf dan dosa adalah milik manusia.
    kesempuranaan hanya milik ALLAH.
    jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

  3. Lain kali, tulis:

    Terima kasih atas saran dan masukannya. Akan kami perbaiki di cetakan selanjutnya. Jika berkenan, bapak bisa menukarkan buku dengan susunan bolak-balik tersebut di toko tempat bapak membeli.

    Hormat kami,

    M. Shodiq Mustika
    Rusdin S. Rauf

    Nggak perlu dijawab panjang lebar bro.Wajar dia emosi karena mendapat sesuatu yang di luar harapannya.Jangan terkesan membela diri…sekadar masukan saja.

  4. tong kosong nyaring bunyinya…
    dan belum tentu kritikius itu bisa lebih baik…
    show me not tell me…
    maju terus penulis indonesia…

Tinggalkan komentar